Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Senyuman di Balik Pintu Kelas Part 3 : Babak Baru di Negeri Orang




Tahun terakhir kuliah Raka membawa kesempatan besar baginya. Karyanya yang telah memenangkan banyak penghargaan akhirnya membawanya ke Swedia untuk mengikuti lomba sastra internasional. Ini adalah kesempatan emas yang tidak bisa dilewatkan, meskipun itu berarti harus berjauhan dengan Aisha untuk sementara waktu.

Sebelum berangkat, Raka dan Aisha menghabiskan waktu bersama sebanyak mungkin. Mereka berdua tahu bahwa jarak dan waktu tidak akan meruntuhkan cinta mereka. 

"Raka, aku akan merindukanmu setiap hari," kata Aisha saat mereka berdua duduk di bangku taman kampus yang biasa mereka kunjungi.

"Aku juga akan merindukanmu, Aisha. Tapi ini hanya sementara. Aku akan kembali sebelum kamu menyadarinya," jawab Raka sambil menggenggam tangan Aisha erat.

Mereka berpelukan erat sebelum Raka berangkat ke Swedia. Perasaan cemas dan rindu mulai menghinggapi mereka berdua, tetapi mereka yakin bahwa cinta mereka akan tetap kuat.

Sementara itu, di kampus, Arman tidak menyerah mendekati Aisha. Dia menyusun rencana dengan bantuan temannya, Kayla, yang juga tidak menyukai Raka dan berharap Aisha bisa bersama Arman. Kayla adalah sahabat Aisha, tetapi dia merasa Raka tidak sepadan dengan Aisha yang populer dan cemerlang.

"Aisha, Arman adalah pria yang baik dan dia benar-benar menyukaimu. Kenapa tidak memberinya kesempatan?" desak Kayla suatu hari.

"Aku sudah bilang, Kayla. Aku mencintai Raka. Arman hanya teman, dan aku tidak ingin lebih dari itu," jawab Aisha dengan tegas.

Kayla tidak menyerah begitu saja. Dia terus mencoba meyakinkan Aisha dengan berbagai cara, dari mengatur pertemuan tak terduga hingga mengajak Arman ikut dalam kegiatan yang Aisha ikuti. Arman juga tak kalah gigih, dia selalu muncul dengan perhatian dan hadiah-hadiah kecil yang membuat banyak gadis lain iri.

Namun, Aisha tetap teguh pada pendiriannya. Dia selalu menolak dengan sopan setiap kali Arman mencoba lebih dekat. Meskipun dia merasa lelah dengan tekanan yang terus-menerus, hatinya tetap setia menunggu Raka.

Di Swedia, Raka tenggelam dalam dunia sastra dan kompetisi. Dia bertemu dengan banyak penulis muda dari berbagai negara dan belajar banyak hal baru. Namun, di balik semua kesibukan itu, dia tetap merindukan Aisha. Setiap malam, dia menelepon Aisha untuk berbicara dan mendengar suaranya yang selalu membuatnya tenang.

Raka juga menyadari bahwa beberapa wanita di kompetisi itu menunjukkan minat padanya. Untuk menghindari situasi yang bisa membuat Aisha khawatir, Raka memutuskan untuk memakai cincin di jari manisnya. Dia berharap cincin itu akan menunjukkan bahwa hatinya sudah terikat, dan memang benar, cincin itu membantu menghindari perhatian yang tidak diinginkan.

Beberapa bulan kemudian, lomba sastra di Swedia mencapai puncaknya. Raka berhasil meraih penghargaan utama, sebuah pencapaian besar yang membanggakan. Dengan hati yang penuh kebahagiaan, dia segera merencanakan kepulangannya ke Indonesia. 

Ketika Raka tiba di bandara, Aisha sudah menunggunya dengan penuh kegembiraan. Mereka berpelukan erat, merasakan kehangatan dan cinta yang semakin kuat setelah berbulan-bulan berjauhan.

"Aku sangat bangga padamu, Raka," kata Aisha dengan mata berbinar.

"Aku juga bangga padamu, Aisha. Terima kasih sudah menungguku," jawab Raka dengan senyum lebar.

Namun, Aisha kemudian memperhatikan cincin di jari Raka dan tampak bingung. "Raka, cincin ini... apa maksudnya?" tanya Aisha dengan alis terangkat.

Raka tersenyum, lalu meraih tangan Aisha. "Aku memakainya supaya tidak ada wanita lain yang mendekatiku di Swedia. Aku ingin mereka tahu bahwa hatiku sudah terikat dengan seseorang yang sangat istimewa."

Aisha merasa terharu dan tertawa kecil. "Kamu benar-benar manis, Raka. Aku sangat mencintaimu."

Raka mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tasnya. "Dan aku juga punya sesuatu untukmu." Dia membuka kotak itu dan di dalamnya ada cincin yang indah. "Ini untukmu, Aisha. Sebuah tanda bahwa hatiku hanya untukmu, sekarang dan selamanya."

Aisha merasa air matanya mulai mengalir. Dia mengambil cincin itu dan memakainya di jari manisnya. "Aku akan selalu mencintaimu, Raka. Terima kasih telah membuatku merasa begitu istimewa."

Mereka berdua saling berpelukan dengan erat, merasa bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Meskipun banyak rintangan yang datang, cinta mereka tetap kuat dan tidak tergoyahkan. 

Ketika mereka kembali ke kampus, Arman dan Kayla tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya melihat cincin di jari Aisha. Arman akhirnya menyadari bahwa tidak ada lagi yang bisa dia lakukan untuk mengubah perasaan Aisha. Dengan berat hati, dia mundur dan memutuskan untuk menerima kenyataan bahwa Aisha dan Raka saling mencintai dengan tulus.

Waktu terus berjalan, dan Aisha serta Raka semakin dekat dengan mimpi-mimpi mereka. Aisha berhasil menyelesaikan studinya dan menjadi dokter yang berbakat, sementara Raka terus menulis dan menginspirasi banyak orang dengan karyanya. Mereka saling mendukung dalam setiap langkah, mengetahui bahwa cinta mereka adalah sumber kekuatan terbesar.

Mereka tahu bahwa cinta sejati tidak pernah mudah, tetapi selama mereka bersama, mereka bisa menghadapi apapun. Dan di setiap langkah perjalanan hidup mereka, senyuman di balik pintu kelas itu tetap menjadi kenangan manis yang mengingatkan mereka akan awal dari cinta yang abadi.

Post a Comment for "Senyuman di Balik Pintu Kelas Part 3 : Babak Baru di Negeri Orang"